Kamis, 14 September 2017

Spondilitis TB (TBC Tulang Belakang)



            Hello readers...
Tentu kalian kenal dengan penyakit TBC kan?  Yap... Hampir semua orang mengenal penyakit ini. TBC merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya angka kematian. Tapi tidak sampai disitu, sekarang TBC sudah ada obatnya (program 6 bulan atau lebih minum obat).  Jadi untuk para readers atau keluarga di luar sana jangan khawatir, penyakit ini ada obatnya. Tentunya hanya dengan mendengar kata TBC, hal pertama kali yang muncul di pikiran kalian adalah penyakit berbahaya yang menular lewat bersin, batuk, dll. Yah, benar... Tidak salah.  TBC merupakan penyakit menular, namun ada beberapa jenis TBC yang tidak menular, salah satunya SPONDILITIS TB (TBC Tulang Belakang). TBC Tulang belakang adalah tbc yang terjadi diluar paru-paru, dimana menjangkiti tulang belakang pada area toraks (dada belakang) bagian bawah dan vertebrata lumbalis (pinggang belakang) atas.

             Sekitar satu tahun yang lalu, tepatnya pertengahan tahun yang lalu 2016, saya terjangkit penyakit spondilitis tb. Awal mula muncul penyakit ini tidak diketahui namun berdasarkan hasil pemeriksaan MRI, penyakit ini sudah lama bersarang di tubuh saya. Spondilitis tb ini akan ketahuan apabila sudah tingkat parah bagi si penderita. Gejalah awal penyakit ini saya hanya mengeluhkan sakit pinggang biasa, saya pikir itu hanya sakit akibat datang bulan, namun saya perhatikan sudah dua minggu pasca datang bulan sakitnyapun masih ada. Pada saat habis duduk dan mau berdiri itu susah, tulang belakang susah untuk tegap jadi efeknya kelihatan bungkuk. Dua minggu kemudian sakitnya makin parah, pada saat saya habis baring atau telentang pasti akan susah untuk bangun. Butuh waktu yang cukup lama agar bisa bangkit berdiri, itupun saya harus menahan sakit yang luar biasa. Akibat sakit ini, saya ke RS untuk cek up ke bagian penyakit dalam, dokter memvonis saya ISK (Infeksi Saluran Kencing). Kemudian dokter memberikan resep obat selama dua minggu. Selama dua minggu ini saya bertahan minum obat dan anehnya sakitnya makin parah. Sayapun kembali ke RS untuk pemeriksaan lanjut. Dokter lagi-lagi curiga saya kena batu ginjal. Akhirnya saya di rujuk untuk melakukan USG dan hasil USG menyatakan kalau keadaan saya baik-baik saja. Akhirnya dokterpun tidak tau dengan sakit saya. Dengan keadaan seperti itu, saya sempat menyerah untuk berobat dan kembali ke kampung halaman untuk berobat tradisional. Selama sebulan di kampung, saya berharap dapat sembuh cepat namun yang ada saya makin parah, untuk berjalanpun sudah susah, sakitnya makin parah, dan alat gerak bawah saya terasa menebal, demam dan keringat dingin dan berlebihan di malam hari.

             Akibat sakit yang kian parah ini, akhirnya saya iseng-iseng bertanya ke Kang Google mengenai gejala-gejala penyakit saya, kemungkinan-kemungkinan penyakit saya. Hingga pada saat itu, saya menemukan sebuah review yang menceritakan keluarganya sakit dengan gejala yang sama persis dengan saya.  Saya pun langsung curiga mungkin saja saya sama dengan keluarga ini. Setelah mengetahui kemungkina itu, saya berinisiatif untuk melakukan pemeriksaan di spesialis saraf. Disana saya dicurigai sarar terjepit, namun sebelum itu, dokter menyarankan saya untuk melakukan MRI, setelah hasil MRI keluar akhirnya penyakit sayapun ketahuan, yaitu Spondilitis Tb. Jujur saya sangat shock, saya merupakan pasien termuda yang mengalami ini, dan saya tau bahwa penyakit ini bukanlah sembarang penyakit alias parah. Dokter saraf akhirnya memberi rujukan untuk saya ke bagian orthopedi (Tulang). Di sana saya dianjurkan agar segera melakukan operasi tulanh belakang.  Operasi ini adalah operasi besar dengan anastesi total, pengangkatan abses (kantung nanah), sekaligus pemasangan besi pada tulang belakang saya karna ternyata tulang saya sudah tidak kuat untuk menyangga, terdapat retakan dan patahan, tulang saya sudah bengkok, pusat saraf saya sudah terganggu. Itulah sebabnya alat gerak bawah/kaki saya menebal (menuju lumpuh). Untuk proses operasi, saya memilih dokter yang memang ahli dibidangnya, yang memang terbukti berhasik dalam operasi-operasi besarnya. Dan yah... Saya dijadwalkan operasi satu bulan kedepan dikarenakan dokter saya menjalani ibadah haji. Awalnya saya di lempar ke salah satu rekannya, namaun saya bersih kukuh untuk menunggu dokter spesialis itu. Sebulan lamanya saya menuggu ternyata penyakit ini makin makin dan makin parah akibatnya saya sudah tidak bisa bejalan sama sekali.  Jangankan berjalan, sandar ataupun duduk saja sudah tidak sanggup. Akhirnya, sayapun segera menjalani operasi. Kalian harus tau, operasi tulang belakang ini memakan waktu 10-12 jam. Bayangkan saja saya masuk jam 8 pagi dan keluar jam 6 lewat.


             Gambar di atas adalah foto hasil pemeriksaan pasca operasi saya.  Di gambar itu sudah terlihat jelas besi yang terpasang pada tulang belakang saya. Setelah operasi selesai, diharapkan jangan bergerak dan tetap tidur telentang lurus untuk mengadaptasikan besi yang ada di tulang belakang. Dan karna itu pula saya harus menahan sakit yang luar biasa.


Gambar itu adalah foto punggung saya 4 hari pasca operasi. Terdapat 41 jahitan luar. Sakit yang saya rasapun sangatlah luar biasa.  Namun semuanya dapat kita lewati dengan doa, semangat, dan sabar. Alhamdulillah, satu bulan pasca operasi saya sudah mulai belajar berjalan, dan dua bulan kemudian akhirnya saya sudah berjalan dengan normal walaupun waktu jalannya harus di batasi. Saya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk sehat kembali dan karena ini pula saya sadar betapa pentingnya kesehatan.  Maka dari itu, saya mengajak para readers untuk tetap menjaga kesehatan, hindari makanan instan, olahraga, tidur teratur,  dan biasakan berjemur matahari di pagi hari. Sakit itu MAHAL, sehat itu NIKMAT.  Terima kasih... 😊


Itu adalah foto saya yang sudah kelihatan sehat dan alhamdulillah sudah mulai aktivitas seperti biasa kembali,  kuliah. 

Sabtu, 09 September 2017

Makalah Metode Penugasan (Assignment Method)


METODE PENUGASAN
(ASSIGNMENT METHOD)
Disusun guna memenuhi tugas pertengahan semester
mata kuliah “Operational Research”
 








Dosen Pengampu :
Dr. Imaduddin, S.T., M.M.,

Fakultas : Ekonomi
Prodi : Ekonomi Manajemen/2015
Oleh :
Husnul Khatimah        (02220150301)

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Tahun Akademik 2016/2017
MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Puji syukur penulis panjatkan kepada-Nya, serta salawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW., sehingga penulis dapat menyusun makalah  ini yang berjudul “Metode Penugasan”.
Uraian setiap topik dalam tulisan ini penulis sajikan dengan materi-materi yang menerangkan tentang “Metode Penugasan”. Sedang untuk penelusuran yang lebih jauh dan mendalam pembaca dapat mengadakan kajian pada buku atau kitab lainnya yang dianggap relevan dengan topik bahasan ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, mudah-mudahan makalah ini dapat sedikit menambah wawasan dan berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kami selaku penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kelengkapan makalah ini. Sekian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, 22 April 2017

        Penyusun






                                                                                                            i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH………………………………..1
B.     RUMUSAN MASALAH…………………………………………..2
C.    TUJUAN…………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...3-12

BAB III PENUTUP
A.        KESIMPULAN………………………………………………...13
B.        SARAN……………………………………………………........14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………15








                                                                                                            ii
BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang
Kemampuan kerja saja belumlah menggerakan  karyawan untuk bekerja. Sikapnya yang positif terhadap wewenang pihak atasan, terhadap kerja yang bersangkutan dan bekerjasama dalam kelompok, disamping motivasi dalam dirinya sendiri, Kedewasaan untuk memilih alternative dan pengaruh baik dari situasi dan lingkungan, membuat karyawan itu bekerja. Bekerja saja belumlah berprestasi.
Prestasi karyawan bukanlah semata-mata hasil karyanya sendiri. Sebelum  memberi tugas, pihak atasan (Eksekutif dan Supervisor) harus mempertimbangkan tingkat kebijakan karyawan terhadap tingkat kerumitan tugas dan situasi. Disamping itu, harus ia perhitungkan juga sampai dimana harus ia lakukan bimbingan dan pengawasan, mengingat keseimbangan antara tingakat kebijakan karyawan itu dan tingkat kerumitan tugas yang harus diselesaikan dalam situasi yang bersangkutan. Pihak atasan juga harus usahakan pertumbuhan karyawan untuk tugas yang lebih berat dan tanggungjawab yang lebih luas.
Karyawan menyediakan tenaga kerja tetapi prestasinya banyak tergantung dari cara pihak atasan menggunakan tenaga kerja itu, dengan memberi tugas dan pendekatan yang tepat (menggunakan komunikasi penugasan yang tepat). Apabila tidak demikian, pihak atasan tidak menggunakan tenaga kerja itu secara optimum, hal mana merupakan pemborosan di satu pihak dan pengigkaran pengembangan dan pertumbuhan karyawan di lain pihak. Hal ini seringkali diabaikan oleh pihak atasan dalam menilai prestasi karyawan. Cara menilai prestasi inipun haruslah mendorong karyawan untuk berprestasi lebih. Apabila karyawan selalu bekerja di bawah standar, sebabnya haruslah pertama dicari dibidang kegiatan pihak atasan, kemudian di carai pada situasi lingkungan, pada cara kerja yang dituruti, dan akhirnya baru di cari pada karyawan.
                                                                                                                        1
Apabila karyawan melanggar pedoman instruksi, pelanggaran ini hendaklah dilihat sebagai persoalan bersama bagi kedua pihak, atasan dan bawahan. Tindakan koreksi terutama ditunjukan kepada pencegahan diulanginya pelanggaran itu dan kepada pengarahan kembali karyawan.
Pembahasan dalam makalah ini bukanlah dimaksudkan untuk memanjakan karyawan. Tetapi untuk menunjukan kewajiban pihak atasan, eksekutif, dan supervisor. Bahwa tidaklah cukup dengan memberikan kesempatan kerja saja, tetapi haruslah juga membimbing karyawan dengan pendekatan penugasan yang menggunakan seoptimum mungkin kemampuan dan semua daya yang ada pada karyawan itu. Disamping itu, eksekutif/supervisor harus mendorong pertumbuhan karyawan. Apabila eksekutif/supervisor tidak dapat menerapkan pendekatan penugasan, ia tidak dapat memimpin.

1.2       Rumusan Masalah
      1.            Apa pengertian dan tujuan persoalan penugasan ?
      2.            Bagaimana model matematika untuk persoalan penugasan ?
      3.            Sebutkan masalah penugasan ?
      4.            Sebutkan langkah-langkah masalah penugasan ?

1.3       Tujuan Penulisan
      1.            Agar dapat mengetahui pengertian dan tujuan persoalan penugsan.
      2.            Dapat memahami model matematika untuk persoalan penugasan.
      3.            Mengetahui masalah penugasan yang biasa terjadi pada perusahaan.
      4.            Memahami langkah-langkah masalah penugasan.







                                                                                                                        2



BAB II
PEMBAHASAN


2.1     Pengertian Persoalan Penugasan

Manajemen produksi sering menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari berbagai sumber daya yang produktif, terutama tenaga kerja atau personalia, yang mempunyai tingkat efisiensi berbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda pula. Masalah ini disebut Masalah Penugasan(Assigment Problem), yang merupakan suatu kasus khusus dari masalah linear programming pada umumnya.
            Assignment problem adalah suatu masalah mengenai pengaturan pada individu (objek) untuk melaksanakan tugas (kegiatan), sehingga dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan penugasan tersebut dapat diminimalkan. Salah satu dalam menyelesaikan persoalan ini adalah dengan menggunakan algoritma Hungarian. Algoritma Hungarian adalah salah satu algoritma yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan masalah assignment. Versi awalnya, yang dikenal dengan metode Hungarian, ditemukan dan dipublikasikan oleh Harold Kuhn pada tahun 1955. Algoritma ini kemudian diperbaiki oleh James Munkres pada tahun 1957. Oleh karena itu, algoritma ini kemudian dikenal juga dengan nama algoritma Kuhn-Munkres. Algoritma yang dikembangkan oleh Kuhn ini didasarkan pada hasil kerja dua orang matematikawan asal Hungaria lainnya, yaitu Denes Konig dan Jeno Egervary. Keberhasilan Kuhn menggabungkan dua buah penemuan matematis dari Jeno Egervary menjadi satu bagian merupakan hal utama yang menginspirasikan lahirnya Algoritma Hungarian. Dengan menggunakan algoritma ini, solusi optimum sudah pasti akan ditemukan. Namun untuk hal ini kasusnya dibatasi, yaitu bila ingin menemukan solusi terbaik dengan nilai minimum (least cost search).
                                                                                                                        3
Masalah penugasan adalah sejumlah tugas kepada sejumlah penerima tugas dalam basis satu-satu, artinya seorang pekerja harus menjalankan satu pekerjaaan. Tujuan untuk memecahkan persoalan, penempatan sumber- sumber yang ada pada kegiatan-kegiatan yang dituju, sehingga kerugiannya agak minimal dan keuntungannya maksimal.
Persoalan penugasan (Assigment problem) merupakan salah satu persoalan transportasi dan dapat dinyatakan sebagai berikut : “ Dengan tersedianya fasilitas untuk melaksanakan jenis pekerjaan (jobs) dimana masing-masing fasilitas (mesin, orang, dan tenaga), persoalannya ialah bagaiamana menentukan jenis pekerjaan yang mana, agar jumlah pengorbanan (uang, waktu dan tenaga) minimum ”. Persoalan penugasan luas penggunaannya dalam bidang manajemen khususnya keputusan untuk menentukan jenis pekerjaan apa yang harus di kerjakan.
Salah satu teknik pemecahan masalah-masalah penugasan yang tersedia adalah metoda Hungarian, yang mula-mula di kembangkan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Huangaria bernama D. Konig dalam tahun 1916.
Model-model penugasan bertujuan untuk mengalokasikan  “sumber daya” untuk sejumlah sama “pekerjaan” pada biaya total minimum.Penugasan di buat atas dasar bahwa setiap sumber daya harus di tugaskan hanya untuk satu pekerjaan. Untuk suatu masalah penugasan n x n, jumlah penugasan yang mungkin di lakukan sama dengan n ! (n factorial) karena perpasangan satu-satu.

2.2     Masalah Penugasan
Adapun 2 masalah penugasan yang biasa terjadi, yaitu :
      1.            Biaya Minimum
a)      Jika jumlah kolom = Jumlah baris
b)      Jika jumlah kolom ≠ Jumlah Baris
Jumlah kolom > Jumlah Baris, maka disebut Dummy Row
Jumlah Kolom < Jumlah Baris, maka disebut Dummy Coloumn
Langkah-Langkahya adalah :
                                                                                                            4
a.      Tuliskan yang ada kedalam matriks

Contoh      :
            Bagian produksi perusahaan mempunyai 3 (tiga) jenis pekerjaan yang berbeda untuk diselesaikan oleh 3 (tiga) karyawan. Ketiga karyawan tersebut mempunyai tingkat keterampilan, pengalaman kerja, latar belakang pendidikan dan latihan yang bebeda pula. Karena sifat pekerjaan dan kemampuan karyawan yang berbeda, maka biaya penyelesaian pekrjaan berbeda-beda.

Tabel 1.1  Matriks Biaya (dalam ribuan Rupiah)
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
A1
20
27
30
A2
10
18
16
A3
14
16
12

b.      Merubah matriks biaya menjadi matriks kesempatan (peluang) dengan cara, yaitu :
            Dimulai dengan merubah matriks biaya menjadi matriks Opportunity Cost, yaitu dengan memilih elemen terkecil pada setiap baris dari matriks biaya mula-mula untuk mengurangi seluruh elemen (bilangan) pada setiap baris. Sebagai contoh :
             Elemen terkecil baris A1 adalah 20, yang berarti bahwa karyawan A1 adalah paling efisien dengan melakukan pekerjaan D1 adalah nol (20 - 20 = 0). Di lain pihak, bila kita akan memadukan A1 dan D2, akan menyangkut Opportunity cost sebesar Rp 7.000,- (yaitu 27 – 20 = 7 ). Begitu juga, oppurtinity cost penugasan A1 untuk pekerjaan D3 sebesar Rp 10.000,- (yaitu 30 – 20 = 10). Dengan cara yang sama, kita dapat menentukan opportunity cost  untuk baris A2 dan A3, sehingga paling sedikit akan diperoleh satu bilangan yang bernilai nol pada setiap baris. Matriks dengan bilangan-bilangan telah dikurangi bilangan terkecil pada setiap baris, di sebut reduce cost matriks                             5
Tabel 1.2  Reduced cost matriks
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
A1
0
7
10
A2
0
8
6
A3
2
4
0

                        Langkah selanjutnya adalah memilih bilangan terkecil bilangan terkecil pada setiap kolom dalam reduced cost matriks untuk mengurangi seluruh bilangan dalam kolom-kolom tersebut, sehingga di peroleh total opportunity cost matriks. Dalam  contoh, pengurangan kolom hanya di lakukan pada kolom D2 karena semua kolom lainnya telah mempunyai bilangan bernilai nol. Bila pengulangan baris telah menghasilkan paling sedikit satu nilai nol pada setiap kolom, pengurangan kolom tidak perlu di lakukan.  Menunjukan bahwa pada setiap baris dan setiap kolom terdapat paling sedikit satu bilangan nol.

Tabel 1.3  Total opportunity cost matriks
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
A1
0
3
10
A2
0
4
6
A3
2
0
0








                                                                                                                        6
c.       Tes Optimalisasi
            Skedul penugasan optimal hanya dapat tercapai bila ada 3 (tiga) “independent zeros” dalam matriks, artinya tidak ada dua bilangan nol yang berbeda dalam baris atau kolom yang sama tanpa memperhatikan jumlah nol dalam total opportunity cost matriks. Dengan kata lain, setiap karyawan harus di tugaskan hanya untuk satu pekerjaan total opportunity cost nol, atau setiap pekerjaan harus diselesaikan hanya oleh satu karyawan. Pedoman praktis untuk melakukan tes optimalisasi adalah denagn menarik sejumlah minimum garis horizontal ?vertikal untuk meliput seluruh bilangan bernilai nol dalam total opportunity cost matriks. Bila jumlah garis sama dengan jumlah baris atau kolom, penugasan optimal telah tercapai. Bila tidak sama maka matriks harus di revisi.
            Aplikasi tes ini pada tabel total opportunity cost matrix menunujukan bahwa penugasan optimal belum tercapai pada tahap ini. Untuk meliput seluruh bilangan nol dalam total opportunity cost matrix hanya memerlukan duagaris (baris A3 dan kolom D1)

Tabel 1.4  Test for Optimality
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
A1
0
3
10
A2
0
4
6
A3
2
0
0

                        Sedangkan jumlah baris atau kolom adalah 3. Bila kita mempunyai satu nol tambahan, misal dalam sel A2 D2, kita dapat mencapai penugasan optimal (dengan total opportunity cost nol) pada tahap ini, karena diperlukan tiga garis untuk meliput seluruh bilangan nol yang ada.
                        Sekali lagi, karena hanya ada dua garis yang meliputi seluruh bilangan nol dibandingkan tiga baris atau kolom, maka langkah berikutnya perlu dilakukan untuk merevisi matriks.
                                                                                                                        7
d.      Apabila belum optimal, maka memilih elemen yang nilainya terkecil dari matrik pengurangan tadi yang tidak di lalui oleh garis vertical maupun horizontal (Merevisi total opportunity cost matrix)

Dapat dilakukan dengan prosedur yang terdiri dari :
1.      Memilih bilangan terkecil yang tidak terliput garis-garis (yaitu, opportunity cost terendah, atau dalam contoh =3) untuk mengurangi seluruh bilangan yang tidak terliput.
2.      Menambahkan dengan jumlah yang sama (nilai bilangan terkecil) hanya pada bilangan-bilangan dalam dua garis peliput yang saling bersilangan ( dalam contoh bilangan 2 ditambah 3, atau sama dengan 5). Masukkan nilai-nilai revisi ini ke dalam matriks, sehingga kita mendapatkan total opportunity cost matriks yang telah direvisi

Tabel 1.5  Revised total opportunity cost Matriks
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
A1
0
0
7
A2
0
1
3
A3
5
0
0

Kemudian kita ulaingi lagi langkah kedua untuk melakukan tes optimalisasi

·         Tabel 1.6  Test Optimality
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
A1
0
0
7
A2
0
1
3
A3
5
0
0

                                                                                                                        8
                        Aplikasi tes langkah kedua pada revised total opportunity cost matriks menunjukan bahwa jumlah garis minimum yang di perlukan untuk meliput seluruh bilangan nol adalah 3. Karena jumlah baris atau kolom matriks ini juga 3, penugasan optimal dapat dibuat.
                        Matriks penugasan optimal, seperti di tunjukan pada Tabel Test Optimality, telah tercapai, maka kita dapat membuat penugasan optimal kepada masing-masing karyawan. Karena sel A3 D3 merupakan satu-satunya sel yang mempunyai bilangna nol dalam kolom D3, kita melakukan penugasan pertama kepada karyawan A3 untuk pekerjaan D3, dan kita hilangkan baris A3 dan kolom D3 dalam penugasan selanjutnya. Dari sel-sel tersisa dalam matriks, kita mengetahui bahwa sel A1 D2 merupakan satu-satunya sel yang mempunyai bilangan nol dalam kolom D2. Oleh karena itu, kita melakukan penugasan kedua kepada karyawan A1 untuk pekerjaan D2, dan hilangkan bris A1 dan kolom D2. Peugasan ketiga diberikan kepada A2 untuk pekerjaan D1, karena sel A2 D1 merupakan satu-satunya yang masih mempunyai bilangan nol di antara sel-sel tersisa dalam matriks. Jadi, kita mempunyai skedul penugasan optimal dan biaya minimum sebagai berikut :

Tabel 1.7  Skedul Penugasan Biaya Minimum
Penugasan Biaya
Skedul
A1 – D2
Rp 27.000
A2 – D1
Rp 10.000
A3 – D3
Rp 12.000
Rp 49.000

      2.            Biaya Maksimum

a.       Jika jumlah Kolom = Jumlah Baris
b.      Jika jumlah Kolom ≠ Jumlah Baris
·         Jumlah Kolom > Jumlah Baris, maka disebut Dummy Row
·         Jumlah Kolom < Jumlah Baris, maka disebut Dummy Coloumn         9
Pemecahan masalah maksimasi dalam penugasan optimal tenaga kerja juga dapat dilakukan dengan metoda Hungarian. Perbedaannya dengan masalah minimisasi adalah bahwa bilangan-bilangan dalam matriks tidak menunjukan tingkat biaya, tetapi menunjukan tingkat laba (indeks produktivitas). Efektivitas pelaksanaan kerja oleh karyawan-karyawan individual diukur dengan jumlah kontribusi laba.
Maka, langkah-langkahnya adalah :

v  Tuliskan persoalan yang ada dalam matriks
Contoh :
            Masalah penugasan suatu perusahaan yang akan menugasakan 4 (Empat) karyawan yang berbeda kemampuannya untuk 4 (Emapat) pekerjaan yang berbeda pula. Data terperinci tentang kontribusi laba masing-masing karyawan dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 2.1        Matriks Kontribusi laba (dalam ribuan rupiah)
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
D4
A1
Rp 12,-
Rp 14,-
Rp 12,-
Rp 10,-
A2
16,-
12,-
11,-
17,-
A3
11,-
10,-
9,-
10,-
A4
15,-
17,-
10,-
18,-

Prosedure pemecahan masalah maksimisasi dimulai dengan merubah matriks kontribusi laba menjadi matriks opportunity loss. Dalam masalah ini, A1 memberikan kontribusi laba tertinggi (=Rp 14.000,-) bila ditugaskan pada pekerjaan D2. Oleh karena itu, bila A1 dialokasikan kepekerjaan D1 (dengan kontribusi laba sebesar Rp 12.000,-) ada opportunity loss sebesar Rp 2.000,-  dan seterusnya. Seluruh bilangan dalam setiap baris dikurangi dengan bilangan bernilai maksimum dalam baris yang sama. Langkah ini menghasilkan matriks opportunity loss                                                                                       10
Tabel 2.2        Matriks Opportunity Loss
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
D4
A1
2
0
2
4
A2
1
5
6
0
A3
0
1
2
1
A4
3
1
8
0

Bilangan-bialangan dalam matriks ini sebenarnya bernilai negative dihilangkan. Seperti sebelumnya, setiapa baris akan berisi paling sedikit satu bilangan nol.

v  Meminimumkan opportunity loss untuk memaksimumkan laba total
Langkah ini dilakukan melalui pengurangan seluruh bilangan dalam setiap kolom dengan bilangan terkecil dari kolom tersebut. Dalam contoh, langkah pengurangan kolom hanya dilakukan pada kolom D3, karena kolom-kolom lainnya telah ada paling sedikit satu bilangan nol.

Tabel 2.3        Matriks Total Opportunity Loss
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
D4
A1
2
0
0
4
A2
1
5
4
0
A3
0
1
0
1
A4
3
1
6
0





                              11
v  Tes optimalisasi untuk matriks total opportunity loss
Dengan cara yang sama pada seperti masalah minimisasi. Tes menunujukan bahwa seluruh bilangan noldapat di iput hanya dengan tiga garis, sedangkan jumlah baris atau kolom adalah empat. Ini berarti matriks harus direvisi dengan cara seperti yang telah dibahas dimuka.

Tabel 2.4        Resived Total Opportunity Matrix dan Test for Optimality
KARYAWAN
PEKERJAAN
D1
D2
D3
D4
A1
2
0
0
5
A2
0
4
3
0
A3
0
1
0
2
A4
2
0
5
0

Pada table tersebut menunjukan matriks baru yang memungkinkan penugasan optimal dapat dibuat. Adapun skedul penugasan optimal dan kontribusi laba total untuk dua alternative penyelesaiannya adalah :

Tabel 2.5        Skedul Penugasan Biaya Maksimum
Skedul
Kontribusi
Skedul
Kontribusi
Penugasan 1
Laba
Penugasan 2
Laba
A1 - D2
Rp 14.000,-
A1 - D3
Rp 12.000,-
A3 - D3
9.000,-
A2 - D4
17.000,-
A2 - D1
16.000,-
A3 -D1
11.000,-
A4 - D4
18.000,-
A4 - D2
17.000,-
Rp 57.000,-
Rp 57.000,-




                                                                                                                        12
BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
1)      Dalam menentukan table biaya kesempatan (Opportunity cost Table) caranya sebagai berikut :
a)      Pada setiap kolom, pilih nilai terkecil. Semua nilai pada kolom yang bersangkutan kurangi dengan nilai tersebut.
b)      Berdasarkan hasil dari a) pada setiap baris, pilih nilai terkecil semua nilai pada baris yang bersangkutan kurangi dengan nilai tersebut. Diperoleh table jumlah biaya kesempatan (Opportunity cost Table)
2)      Cara pemecahan optimal dapat dibuat dengan prosedurnya ialah dengan jalan menarik garis lurus (Vertikal/Horizontal) melalui table jumlah biaya kesempatan sedemikian rupa sehingga jumlah garis yang ditarik yang diperlukan untuk mencakup semua cell dengan nilai nol, minimum. Suatu pemecahan optimal dapat dibuat apabila banyaknya garis sama dengan baris/kolom. Apabila ternyata banyaknya garis yang ditarik lebih kecil dari banyaknya baris/kolom, pemecahan optimal belum dipeoleh. Ini merupakan suatu pengujian optimalitas (Optimality Test). Perlu dilakukan perbaikan atau revisi.

3)      Perbaikan (revisi) table jumlah biaya kesempatan. Cranya senagai berikut :
a)      Perhatikan baris/kolom yang belum dilalui garis lurus. Pilh nilai terkecil dari table yang memuat baris/kolom yang belum dilalui garis lurus. Kurangi semua nialai pada table dengan nilai tersebut.
b)      Tambahkan nilai terkecil tersebut pada nilai yang terletak pada perpotongan antara dua garis lurus.

            Kembali ke langkah 2 sampai tercapai pemecahan optimal, yaitu setiap mesin sudah menerima satu tugas (job) untuk diproses, sehingga jumlah biaya penugasan minimum.
                                                                                                            13
3.2     Saran
Metode penugasan untuk tidak hanya diterapkan pada penentuan sejenis pekerjaan kepada mesin tertentu, akan tetapi juga pada penugasan personal untuk melaksanakan tugas (pekerjaan tertentu, seperti : penugasan “salesmen” di daerah penjualan dan lain sebagainya, khususnya dalam personal allocation and scheduling).



























                                                                                                           
14
DAFTAR PUSTAKA

Supranto, Johannes. 1988. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan, UniversitasIndonesia (UI-Press), Jakarta.
Gondokusuma, A. A. 1980.  Komunikasi Penugasan, Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta.
Hani  Handoko, T. 2008. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi I, Penerbit BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.













                                                                                                                        15

Spondilitis TB (TBC Tulang Belakang)

            Hello readers... Tentu kalian kenal dengan penyakit TBC kan?  Yap... Hampir semua orang mengenal penyakit ini. TBC merupak...