METODE PENUGASAN
(ASSIGNMENT
METHOD)
Disusun
guna memenuhi tugas pertengahan semester
mata
kuliah “Operational Research”
Dosen
Pengampu :
Dr.
Imaduddin, S.T., M.M.,
Fakultas
: Ekonomi
Prodi
: Ekonomi Manajemen/2015
Oleh
:
Husnul
Khatimah (02220150301)
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Tahun
Akademik 2016/2017
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Dengan
nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Puji syukur penulis
panjatkan kepada-Nya, serta salawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi
Muhammad SAW., sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Metode
Penugasan”.
Uraian
setiap topik dalam tulisan ini penulis sajikan dengan materi-materi yang menerangkan
tentang “Metode Penugasan”. Sedang untuk penelusuran yang lebih jauh
dan mendalam pembaca dapat mengadakan kajian pada buku atau kitab lainnya yang
dianggap relevan dengan topik bahasan ini.
Akhir
kata kami mengucapkan terima kasih, mudah-mudahan makalah ini dapat sedikit
menambah wawasan dan berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami selaku penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kelengkapan makalah ini. Sekian.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Makassar,
22 April 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………..2
C. TUJUAN…………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...3-12
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN………………………………………………...13
B.
SARAN……………………………………………………........14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kemampuan kerja saja belumlah
menggerakan karyawan untuk bekerja. Sikapnya yang positif terhadap
wewenang pihak atasan, terhadap kerja yang bersangkutan dan bekerjasama dalam
kelompok, disamping motivasi dalam dirinya sendiri, Kedewasaan untuk memilih
alternative dan pengaruh baik dari situasi dan lingkungan, membuat karyawan itu
bekerja. Bekerja saja belumlah berprestasi.
Prestasi karyawan bukanlah
semata-mata hasil karyanya sendiri. Sebelum memberi tugas, pihak atasan (Eksekutif
dan Supervisor) harus mempertimbangkan tingkat kebijakan karyawan terhadap
tingkat kerumitan tugas dan situasi. Disamping itu, harus ia perhitungkan juga
sampai dimana harus ia lakukan bimbingan dan pengawasan, mengingat keseimbangan
antara tingakat kebijakan karyawan itu dan tingkat kerumitan tugas yang harus
diselesaikan dalam situasi yang bersangkutan. Pihak atasan juga harus usahakan
pertumbuhan karyawan untuk tugas yang lebih berat dan tanggungjawab yang lebih
luas.
Karyawan menyediakan tenaga kerja
tetapi prestasinya banyak tergantung dari cara pihak atasan menggunakan tenaga
kerja itu, dengan memberi tugas dan pendekatan yang tepat (menggunakan
komunikasi penugasan yang tepat). Apabila tidak demikian, pihak atasan tidak
menggunakan tenaga kerja itu secara optimum, hal mana merupakan pemborosan di
satu pihak dan pengigkaran pengembangan dan pertumbuhan karyawan di lain pihak.
Hal ini seringkali diabaikan oleh pihak atasan dalam menilai prestasi karyawan.
Cara menilai prestasi inipun haruslah mendorong karyawan untuk berprestasi
lebih. Apabila karyawan selalu bekerja di bawah standar, sebabnya haruslah
pertama dicari dibidang kegiatan pihak atasan, kemudian di carai pada situasi
lingkungan, pada cara kerja yang dituruti, dan akhirnya baru di cari pada
karyawan.
1
Apabila karyawan melanggar pedoman
instruksi, pelanggaran ini hendaklah dilihat sebagai persoalan bersama bagi
kedua pihak, atasan dan bawahan. Tindakan koreksi terutama ditunjukan kepada
pencegahan diulanginya pelanggaran itu dan kepada pengarahan kembali karyawan.
Pembahasan dalam makalah ini bukanlah
dimaksudkan untuk memanjakan karyawan. Tetapi untuk menunjukan kewajiban pihak
atasan, eksekutif, dan supervisor. Bahwa tidaklah cukup dengan memberikan
kesempatan kerja saja, tetapi haruslah juga membimbing karyawan dengan
pendekatan penugasan yang menggunakan seoptimum mungkin kemampuan dan semua
daya yang ada pada karyawan itu. Disamping itu, eksekutif/supervisor harus
mendorong pertumbuhan karyawan. Apabila eksekutif/supervisor tidak dapat
menerapkan pendekatan penugasan, ia tidak dapat memimpin.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan persoalan
penugasan ?
2. Bagaimana model matematika untuk
persoalan penugasan ?
3. Sebutkan masalah penugasan ?
4. Sebutkan langkah-langkah masalah
penugasan ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dan
tujuan persoalan penugsan.
2. Dapat memahami model matematika
untuk persoalan penugasan.
3. Mengetahui masalah penugasan yang
biasa terjadi pada perusahaan.
4. Memahami langkah-langkah masalah
penugasan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Persoalan Penugasan
Manajemen produksi sering menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari berbagai sumber
daya yang produktif, terutama tenaga kerja atau personalia, yang mempunyai
tingkat efisiensi berbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda pula. Masalah ini
disebut Masalah Penugasan(Assigment Problem), yang merupakan
suatu kasus khusus dari masalah linear programming pada umumnya.
Assignment problem adalah
suatu masalah mengenai pengaturan pada individu (objek) untuk melaksanakan
tugas (kegiatan), sehingga dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan penugasan tersebut dapat diminimalkan. Salah satu dalam
menyelesaikan persoalan ini adalah dengan menggunakan algoritma Hungarian.
Algoritma Hungarian adalah salah satu algoritma yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan masalah assignment. Versi awalnya, yang
dikenal dengan metode Hungarian, ditemukan dan dipublikasikan oleh Harold Kuhn
pada tahun 1955. Algoritma ini kemudian diperbaiki oleh James Munkres pada
tahun 1957. Oleh karena itu, algoritma ini kemudian dikenal juga dengan nama
algoritma Kuhn-Munkres. Algoritma yang dikembangkan oleh Kuhn ini didasarkan
pada hasil kerja dua orang matematikawan asal Hungaria lainnya, yaitu Denes
Konig dan Jeno Egervary. Keberhasilan Kuhn menggabungkan dua buah penemuan matematis
dari Jeno Egervary menjadi satu bagian merupakan hal utama yang
menginspirasikan lahirnya Algoritma Hungarian. Dengan menggunakan algoritma
ini, solusi optimum sudah pasti akan ditemukan. Namun untuk hal ini kasusnya
dibatasi, yaitu bila ingin menemukan solusi terbaik dengan nilai minimum (least
cost search).
3
Masalah penugasan adalah sejumlah
tugas kepada sejumlah penerima tugas dalam basis satu-satu, artinya seorang
pekerja harus menjalankan satu pekerjaaan. Tujuan untuk memecahkan persoalan,
penempatan sumber- sumber yang ada pada kegiatan-kegiatan yang dituju, sehingga
kerugiannya agak minimal dan keuntungannya maksimal.
Persoalan penugasan (Assigment
problem) merupakan salah satu persoalan transportasi dan dapat
dinyatakan sebagai berikut : “ Dengan tersedianya fasilitas
untuk melaksanakan jenis pekerjaan (jobs) dimana masing-masing fasilitas
(mesin, orang, dan tenaga), persoalannya ialah bagaiamana menentukan jenis
pekerjaan yang mana, agar jumlah pengorbanan (uang, waktu dan tenaga)
minimum ”. Persoalan penugasan luas penggunaannya
dalam bidang manajemen khususnya keputusan untuk menentukan jenis pekerjaan apa
yang harus di kerjakan.
Salah satu teknik pemecahan
masalah-masalah penugasan yang tersedia adalah metoda Hungarian,
yang mula-mula di kembangkan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan
Huangaria bernama D. Konig dalam tahun 1916.
Model-model penugasan bertujuan
untuk mengalokasikan “sumber daya” untuk sejumlah sama “pekerjaan”
pada biaya total minimum.Penugasan di buat atas dasar bahwa setiap sumber daya
harus di tugaskan hanya untuk satu pekerjaan. Untuk suatu masalah penugasan n x
n, jumlah penugasan yang mungkin di lakukan sama dengan n ! (n factorial)
karena perpasangan satu-satu.
2.2 Masalah Penugasan
Adapun 2 masalah penugasan yang biasa terjadi, yaitu :
1. Biaya Minimum
a) Jika jumlah kolom = Jumlah baris
b) Jika jumlah kolom ≠ Jumlah Baris
Jumlah kolom > Jumlah Baris, maka
disebut Dummy Row
Jumlah Kolom < Jumlah Baris, maka
disebut Dummy Coloumn
Langkah-Langkahya adalah :
4
a. Tuliskan yang ada kedalam matriks
Contoh :
Bagian
produksi perusahaan mempunyai 3 (tiga) jenis pekerjaan yang berbeda untuk
diselesaikan oleh 3 (tiga) karyawan. Ketiga karyawan tersebut mempunyai tingkat
keterampilan, pengalaman kerja, latar belakang pendidikan dan latihan yang
bebeda pula. Karena sifat pekerjaan dan kemampuan karyawan yang berbeda, maka
biaya penyelesaian pekrjaan berbeda-beda.
Tabel 1.1 Matriks Biaya (dalam ribuan Rupiah)
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
||
D1
|
D2
|
D3
|
|
A1
|
20
|
27
|
30
|
A2
|
10
|
18
|
16
|
A3
|
14
|
16
|
12
|
b. Merubah matriks biaya menjadi
matriks kesempatan (peluang) dengan cara, yaitu :
Dimulai
dengan merubah matriks biaya menjadi matriks Opportunity Cost, yaitu dengan
memilih elemen terkecil pada setiap baris dari matriks biaya mula-mula untuk
mengurangi seluruh elemen (bilangan) pada setiap baris. Sebagai contoh :
Elemen
terkecil baris A1 adalah 20, yang berarti bahwa karyawan A1 adalah paling
efisien dengan melakukan pekerjaan D1 adalah nol (20 - 20 = 0). Di lain pihak,
bila kita akan memadukan A1 dan D2, akan menyangkut Opportunity cost sebesar Rp
7.000,- (yaitu 27 – 20 = 7 ). Begitu juga, oppurtinity cost penugasan A1 untuk
pekerjaan D3 sebesar Rp 10.000,- (yaitu 30 – 20 = 10). Dengan cara yang sama,
kita dapat menentukan opportunity cost untuk baris A2 dan A3, sehingga
paling sedikit akan diperoleh satu bilangan yang bernilai nol pada setiap
baris. Matriks dengan bilangan-bilangan telah dikurangi bilangan terkecil pada
setiap baris, di sebut reduce cost matriks 5
Tabel 1.2 Reduced cost matriks
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
||
D1
|
D2
|
D3
|
|
A1
|
0
|
7
|
10
|
A2
|
0
|
8
|
6
|
A3
|
2
|
4
|
0
|
Langkah
selanjutnya adalah memilih bilangan terkecil bilangan terkecil pada setiap
kolom dalam reduced cost matriks untuk mengurangi seluruh bilangan dalam
kolom-kolom tersebut, sehingga di peroleh total opportunity cost matriks. Dalam
contoh, pengurangan kolom hanya di lakukan pada kolom D2 karena semua kolom
lainnya telah mempunyai bilangan bernilai nol. Bila pengulangan baris telah
menghasilkan paling sedikit satu nilai nol pada setiap kolom, pengurangan kolom
tidak perlu di lakukan. Menunjukan bahwa pada setiap baris dan setiap
kolom terdapat paling sedikit satu bilangan nol.
Tabel 1.3 Total opportunity cost matriks
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
||
D1
|
D2
|
D3
|
|
A1
|
0
|
3
|
10
|
A2
|
0
|
4
|
6
|
A3
|
2
|
0
|
0
|
6
c. Tes Optimalisasi
Skedul
penugasan optimal hanya dapat tercapai bila ada 3 (tiga) “independent zeros”
dalam matriks, artinya tidak ada dua bilangan nol yang berbeda dalam baris atau
kolom yang sama tanpa memperhatikan jumlah nol dalam total opportunity cost
matriks. Dengan kata lain, setiap karyawan harus di tugaskan hanya untuk satu
pekerjaan total opportunity cost nol, atau setiap pekerjaan harus diselesaikan
hanya oleh satu karyawan. Pedoman praktis untuk melakukan tes optimalisasi
adalah denagn menarik sejumlah minimum garis horizontal ?vertikal untuk meliput
seluruh bilangan bernilai nol dalam total opportunity cost matriks. Bila jumlah
garis sama dengan jumlah baris atau kolom, penugasan optimal telah tercapai.
Bila tidak sama maka matriks harus di revisi.
Aplikasi
tes ini pada tabel total opportunity cost matrix menunujukan bahwa penugasan
optimal belum tercapai pada tahap ini. Untuk meliput seluruh bilangan nol dalam
total opportunity cost matrix hanya memerlukan duagaris (baris A3 dan kolom D1)
Tabel 1.4 Test for Optimality
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
||
D1
|
D2
|
D3
|
|
A1
|
0
|
3
|
10
|
A2
|
0
|
4
|
6
|
A3
|
2
|
0
|
0
|
Sedangkan
jumlah baris atau kolom adalah 3. Bila kita mempunyai satu nol tambahan, misal
dalam sel A2 D2, kita dapat mencapai penugasan optimal (dengan total
opportunity cost nol) pada tahap ini, karena diperlukan tiga garis untuk
meliput seluruh bilangan nol yang ada.
Sekali
lagi, karena hanya ada dua garis yang meliputi seluruh bilangan nol
dibandingkan tiga baris atau kolom, maka langkah berikutnya perlu dilakukan
untuk merevisi matriks.
7
d. Apabila belum optimal, maka memilih
elemen yang nilainya terkecil dari matrik pengurangan tadi yang tidak di lalui
oleh garis vertical maupun horizontal (Merevisi total opportunity cost matrix)
Dapat dilakukan dengan prosedur yang terdiri dari :
1.
Memilih
bilangan terkecil yang tidak terliput garis-garis (yaitu, opportunity cost
terendah, atau dalam contoh =3) untuk mengurangi seluruh bilangan yang tidak
terliput.
2.
Menambahkan
dengan jumlah yang sama (nilai bilangan terkecil) hanya pada bilangan-bilangan
dalam dua garis peliput yang saling bersilangan ( dalam contoh bilangan 2
ditambah 3, atau sama dengan 5). Masukkan nilai-nilai revisi ini ke dalam
matriks, sehingga kita mendapatkan total opportunity cost matriks yang telah
direvisi
Tabel 1.5 Revised total opportunity cost Matriks
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
||
D1
|
D2
|
D3
|
|
A1
|
0
|
0
|
7
|
A2
|
0
|
1
|
3
|
A3
|
5
|
0
|
0
|
Kemudian kita ulaingi lagi langkah kedua untuk melakukan tes
optimalisasi
· Tabel
1.6 Test Optimality
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
||
D1
|
D2
|
D3
|
|
A1
|
0
|
0
|
7
|
A2
|
0
|
1
|
3
|
A3
|
5
|
0
|
0
|
8
Aplikasi
tes langkah kedua pada revised total opportunity cost matriks menunjukan bahwa
jumlah garis minimum yang di perlukan untuk meliput seluruh bilangan nol adalah
3. Karena jumlah baris atau kolom matriks ini juga 3, penugasan optimal dapat
dibuat.
Matriks
penugasan optimal, seperti di tunjukan pada Tabel Test Optimality, telah
tercapai, maka kita dapat membuat penugasan optimal kepada masing-masing
karyawan. Karena sel A3 D3 merupakan satu-satunya sel yang mempunyai bilangna
nol dalam kolom D3, kita melakukan penugasan pertama kepada karyawan A3 untuk
pekerjaan D3, dan kita hilangkan baris A3 dan kolom D3 dalam penugasan
selanjutnya. Dari sel-sel tersisa dalam matriks, kita mengetahui bahwa sel A1
D2 merupakan satu-satunya sel yang mempunyai bilangan nol dalam kolom D2. Oleh
karena itu, kita melakukan penugasan kedua kepada karyawan A1 untuk pekerjaan
D2, dan hilangkan bris A1 dan kolom D2. Peugasan ketiga diberikan kepada A2
untuk pekerjaan D1, karena sel A2 D1 merupakan satu-satunya yang masih
mempunyai bilangan nol di antara sel-sel tersisa dalam matriks. Jadi, kita
mempunyai skedul penugasan optimal dan biaya minimum sebagai berikut :
Tabel 1.7 Skedul Penugasan Biaya Minimum
Penugasan Biaya
|
Skedul
|
A1 – D2
|
Rp 27.000
|
A2 – D1
|
Rp 10.000
|
A3 – D3
|
Rp 12.000
|
Rp 49.000
|
2. Biaya Maksimum
a. Jika jumlah Kolom = Jumlah Baris
b. Jika jumlah Kolom ≠ Jumlah Baris
· Jumlah
Kolom > Jumlah Baris, maka disebut Dummy Row
· Jumlah
Kolom < Jumlah Baris, maka disebut Dummy Coloumn 9
Pemecahan masalah maksimasi dalam
penugasan optimal tenaga kerja juga dapat dilakukan dengan metoda Hungarian.
Perbedaannya dengan masalah minimisasi adalah bahwa bilangan-bilangan dalam matriks
tidak menunjukan tingkat biaya, tetapi menunjukan tingkat laba (indeks
produktivitas). Efektivitas pelaksanaan kerja oleh karyawan-karyawan individual
diukur dengan jumlah kontribusi laba.
Maka, langkah-langkahnya adalah :
v Tuliskan
persoalan yang ada dalam matriks
Contoh :
Masalah
penugasan suatu perusahaan yang akan menugasakan 4 (Empat) karyawan yang
berbeda kemampuannya untuk 4 (Emapat) pekerjaan yang berbeda pula. Data
terperinci tentang kontribusi laba masing-masing karyawan dapat dilihat pada
table di bawah ini :
Tabel 2.1 Matriks
Kontribusi laba (dalam ribuan rupiah)
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
|||
D1
|
D2
|
D3
|
D4
|
|
A1
|
Rp 12,-
|
Rp 14,-
|
Rp 12,-
|
Rp 10,-
|
A2
|
16,-
|
12,-
|
11,-
|
17,-
|
A3
|
11,-
|
10,-
|
9,-
|
10,-
|
A4
|
15,-
|
17,-
|
10,-
|
18,-
|
Prosedure pemecahan masalah
maksimisasi dimulai dengan merubah matriks kontribusi laba menjadi matriks
opportunity loss. Dalam masalah ini, A1 memberikan kontribusi laba tertinggi
(=Rp 14.000,-) bila ditugaskan pada pekerjaan D2. Oleh karena itu, bila A1
dialokasikan kepekerjaan D1 (dengan kontribusi laba sebesar Rp 12.000,-) ada
opportunity loss sebesar Rp 2.000,- dan seterusnya. Seluruh bilangan
dalam setiap baris dikurangi dengan bilangan bernilai maksimum dalam baris yang
sama. Langkah ini menghasilkan matriks opportunity loss 10
Tabel 2.2 Matriks
Opportunity Loss
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
|||
D1
|
D2
|
D3
|
D4
|
|
A1
|
2
|
0
|
2
|
4
|
A2
|
1
|
5
|
6
|
0
|
A3
|
0
|
1
|
2
|
1
|
A4
|
3
|
1
|
8
|
0
|
Bilangan-bialangan dalam matriks ini
sebenarnya bernilai negative dihilangkan. Seperti sebelumnya, setiapa baris
akan berisi paling sedikit satu bilangan nol.
v Meminimumkan
opportunity loss untuk memaksimumkan laba total
Langkah ini dilakukan melalui
pengurangan seluruh bilangan dalam setiap kolom dengan bilangan terkecil dari kolom
tersebut. Dalam contoh, langkah pengurangan kolom hanya dilakukan pada kolom
D3, karena kolom-kolom lainnya telah ada paling sedikit satu bilangan nol.
Tabel 2.3 Matriks
Total Opportunity Loss
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
|||
D1
|
D2
|
D3
|
D4
|
|
A1
|
2
|
0
|
0
|
4
|
A2
|
1
|
5
|
4
|
0
|
A3
|
0
|
1
|
0
|
1
|
A4
|
3
|
1
|
6
|
0
|
11
v Tes
optimalisasi untuk matriks total opportunity loss
Dengan cara yang sama pada seperti
masalah minimisasi. Tes menunujukan bahwa seluruh bilangan noldapat
di iput hanya dengan tiga garis, sedangkan jumlah baris atau kolom adalah
empat. Ini berarti matriks harus direvisi dengan cara seperti yang telah
dibahas dimuka.
Tabel 2.4 Resived
Total Opportunity Matrix dan Test for Optimality
KARYAWAN
|
PEKERJAAN
|
|||
D1
|
D2
|
D3
|
D4
|
|
A1
|
2
|
0
|
0
|
5
|
A2
|
0
|
4
|
3
|
0
|
A3
|
0
|
1
|
0
|
2
|
A4
|
2
|
0
|
5
|
0
|
Pada table tersebut menunjukan
matriks baru yang memungkinkan penugasan optimal dapat dibuat. Adapun skedul
penugasan optimal dan kontribusi laba total untuk dua alternative
penyelesaiannya adalah :
Tabel 2.5 Skedul
Penugasan Biaya Maksimum
Skedul
|
Kontribusi
|
Skedul
|
Kontribusi
|
Penugasan 1
|
Laba
|
Penugasan 2
|
Laba
|
A1 - D2
|
Rp 14.000,-
|
A1 - D3
|
Rp 12.000,-
|
A3 - D3
|
9.000,-
|
A2 - D4
|
17.000,-
|
A2 - D1
|
16.000,-
|
A3 -D1
|
11.000,-
|
A4 - D4
|
18.000,-
|
A4 - D2
|
17.000,-
|
Rp 57.000,-
|
Rp 57.000,-
|
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Dalam menentukan table biaya
kesempatan (Opportunity cost Table) caranya sebagai berikut :
a) Pada setiap kolom, pilih nilai
terkecil. Semua nilai pada kolom yang bersangkutan kurangi dengan nilai
tersebut.
b) Berdasarkan hasil dari a) pada
setiap baris, pilih nilai terkecil semua nilai pada baris yang bersangkutan
kurangi dengan nilai tersebut. Diperoleh table jumlah biaya kesempatan
(Opportunity cost Table)
2) Cara pemecahan optimal dapat dibuat
dengan prosedurnya ialah dengan jalan menarik garis lurus (Vertikal/Horizontal)
melalui table jumlah biaya kesempatan sedemikian rupa sehingga jumlah garis
yang ditarik yang diperlukan untuk mencakup semua cell dengan nilai nol, minimum.
Suatu pemecahan optimal dapat dibuat apabila banyaknya garis sama dengan
baris/kolom. Apabila ternyata banyaknya garis yang ditarik lebih kecil dari
banyaknya baris/kolom, pemecahan optimal belum dipeoleh. Ini merupakan suatu
pengujian optimalitas (Optimality Test). Perlu dilakukan perbaikan atau revisi.
3) Perbaikan (revisi) table jumlah
biaya kesempatan. Cranya senagai berikut :
a) Perhatikan baris/kolom yang belum
dilalui garis lurus. Pilh nilai terkecil dari table yang memuat baris/kolom yang
belum dilalui garis lurus. Kurangi semua nialai pada table dengan nilai
tersebut.
b) Tambahkan nilai terkecil tersebut
pada nilai yang terletak pada perpotongan antara dua garis lurus.
Kembali
ke langkah 2 sampai tercapai pemecahan optimal, yaitu setiap mesin sudah
menerima satu tugas (job) untuk diproses, sehingga jumlah biaya penugasan
minimum.
13
3.2 Saran
Metode penugasan untuk tidak hanya
diterapkan pada penentuan sejenis pekerjaan kepada mesin tertentu, akan tetapi
juga pada penugasan personal untuk melaksanakan tugas (pekerjaan tertentu,
seperti : penugasan “salesmen” di daerah penjualan dan lain sebagainya,
khususnya dalam personal allocation and scheduling).
14
DAFTAR PUSTAKA
Supranto, Johannes. 1988. Riset Operasi Untuk
Pengambilan Keputusan, UniversitasIndonesia (UI-Press), Jakarta.
Gondokusuma, A. A. 1980. Komunikasi
Penugasan, Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta.
Hani Handoko, T. 2008. Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi I, Penerbit BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta.
15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar